Gizi Buruk Lahirkan "Generasi Bodoh"

Persoalan gizi pada anak-anak berusia balita masih menjadi masalah serius pada sebagian besar kabupaten/kota di Indonesia. Data yang dicatat Departemen Kesehatan RI, pada tahun 2007 ada 18,4 persen anak balita yang kekurangan gizi, terdiri dari gizi kurang 13,0 persen dan gizi buruk 5,4 persen.

Fenomena kurang gizi sendiri disebabkan oleh kombinasi berbagai faktor, mulai dari kemiskinan, kondisi lingkungan, buruknya layanan kesehatan, dan kurangnya pemahaman mengenai gizi.

Di usia sekolah, anak-anak bergizi buruk dan gizi kurang tidak akan dapat berpikir cerdas karena sel-sel otaknya tidak tumbuh maksimal. "Anak yang kekurangan gizi otaknya akan mengecil, ini tidak bisa diperbaiki karena periode emas pertumbuhan otaknya sudah terlewati,"

papar Dr.dr.Tb.Rachmat Sentika, Sp.A, tim ahli Komisi Perlindungan Anak Indonesia dalam diskusi bersama media dengan tema 'Gizi dan Masa Depan Generasi Muda' di Jakarta, Selasa (30/3/2010).

Apabila otak kosong tersebut banyak diderita oleh anak balita, potensi putus sekolah juga menjadi tinggi. Pada usia dewasa, mereka tidak produktif sehingga akhirnya hanya akan menjadi beban bagi keluarganya dan perekonomian. Seterusnya, akan lahir generasi bangsa yang bodoh di tahun-tahun yang akan datang.


"Agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal, pemenuhan gizi mereka perlu diperhatikan, yang dimulai dengan pemberian ASI sejak lahir hingga usia enam bulan. Setelah itu makanannya harus memenuhi unsur karbohidrat, protein, lemak, serta sayur dan buah," papar dr.Rachmat.

Selain itu, balita juga wajib mendapatkan imunisasi dan tumbuh kembangnya dipantau secara berkala dengan menggunakan KMS (Kartu Menuju Sehat). "Pertumbuhan anak disebut normal jika berat badan dan panjang badan tumbuh sejajar dengan kurva baku dan grafiknya cenderung naik," tambah dr.Rachmat dalam acara diskusi yang diadakan oleh Pfizer tersebut.

kompas.com

Read More......

Indonesia doesn't need the world

Suatu pagi di Bandar Lampung, kami menjemput seseorang di bandara. Orang itu sudah tua, kisaran 60 tahun. Sebut saja si bapak.

Si bapak adalah pengusaha asal singapura, dengan logat bicara gaya melayu, english, (atau singlish) beliau menceritakan pengalaman-pengalaman hidupnya kepada kami yang masih muda. Mulai dari pengalaman bisnis, spiritual, keluarga, bahkan percintaan hehehe..

"Your country is so rich!" Ah biasa banget kan denger kata2 begitu. Tapi tunggu dulu...

"Indonesia doesn't need the world, but the world needs Indonesia"
"Everything can be found here in Indonesia, u don't need the world"

"Mudah saja, Indonesia paru-paru dunia. Tebang saja hutan di Kalimantan, dunia pasti kiamat. Dunia yang butuh Indonesia !"

"Singapore is nothing, we cant be rich without Indonesia . 500.000 orang Indonesia berlibur ke Singapura setiap bulan. Bisa terbayang uang yang masuk ke kami, apartemen-apartemen dan condo terbaru kami yang membeli pun orang2 indonesia, tidak peduli harga yang selangit, laku keras. Lihatlah rumah sakit kami, orang Indonesia semua yang berobat."

"Kalian tahu bagaimana kalapnya pemerintah kami ketika asap hutan Indonesia masuk? Ya, benar2 panik. sangat terasa, we are nothing."

"Kalian ga tau kan klo Agustus kemarin dunia krisis beras. Termasuk di Singapura dan Malaysia, kalian di Indonesia dengan mudah dapat beras"

"Lihatlah negara kalian, air bersih dimana2.. lihatlah negara kami, air bersih pun kami beli dari malaysia. Saya pernah ke Kalimantan, bahkan pasir pun mengandung permata. Terlihat glitter kalo ada matahari bersinar. Petani disana menjual Rp3000/kg ke sebuah pabrik China. Dan si pabrik menjualnya kembali seharga Rp 30.000/kg. Saya melihatnya sendiri"


"Kalian sadar tidak klo negara2 lain selalu takut meng-embargo Indonesia?! Ya, karena negara kalian memiliki segalanya. Mereka takut kalau kalian menjadi mandiri, makanya tidak di embargo. Harusnya KALIANLAH YANG MENG-EMBARGO DIRI KALIAN SENDIRI. Belilah dari petani-petani
kita sendiri, belilah tekstil garmen dari pabrik2 sendiri. Tak perlu kalian impor klo bisa produksi sendiri."

"Jika kalian bisa mandiri, bisa MENG-EMBARGO DIRI SENDIRI, Indonesia will rules the world.."

sumber : lali aq'

Read More......

Berbahagialah 'Ukasyah

Setelah peristiwa Haji Wada’ kesehatan nabi Muhammad SAW memang menurun.Islam telah sempurna, tak akan ada lagi wahyu yang turun. Semula, kaum muslimin bergembira dengan hal ini. Hingga Abu Bakar mendesirkan angin menyatakan bahwa kepergian kekasih Allah akan segera tiba dan saat itu adalah saat-saat perpisahan dengan Sang Purnama Madinah telah dekat. Selanjutnya bayang-bayang akan kepergian sosok yang selalu dirindu sepanjang masa terus saja membayang.

Dan masa pun berselang..Mesjid penuh sesak, kaum Muhajirin beserta Anshar. Semua berkumpul setelah Bilal memanggil mereka dengan suara adzan. Ada sosok cinta di sana... kekasih yang baru saja sembuh, yang membuat semua sahabat tak melewatkan kesempatan ini.

Setelah mengimami shalat,nabi berdiri dengan anggun di atas mimbar. Suaranya basah, menyenandungkan puji dan kesyukuran kepada Allah yang Maha Pengasih. Senyap segera saja datang, mulut para sahabat tertutup rapat, semua menajamkan pendengaran menuntaskan kerinduan pada suara sang Nabi yang baru berada lagi. Semua menyiapkan hati, untuk disentuh serangkai hikmah.

Selanjutnya Nabi bertanya. “Duhai sahabat, kalian tahu umurku tak akan lagi panjang, Siapakah diantara kalian yang pernah merasa teraniaya oleh si lemah ini? bangkitlah sekarang untuk mengambil kisas, jangan kau tunggu hingga kiamat menjelang, karena sekarang itu lebih baik”.

Semua yang hadir terdiam, semua mata menatap lekat Nabi yang terlihat lemah.Tak akan pernah ada dalam benak mereka perilaku Nabi yang terlihat janggal. Apapun yang dilakukan Nabi, selalu saja indah. Segala hal yang diperintahkannya, selalu membuihkan bening saripati cinta. Tak akan rela sampai kapanpun, ada yang menyentuhnya meski hanya secuil jari kaki. Apapun akan digadaikan untuk membela Al-Musthafa.

“Ya Rasul Allah, Dulu aku pernah bersamamu di perang Badar. Untaku dan untamu berdampingan, dan aku pun menghampirimu agar dapat menciummu, duhai kekasih Allah, Saat itu engkau melecutkan cambuk kepada untamu agar dapat berjalan lebih cepat, namun sesungguhnya engkau memukul lambung sampingku” ucap ‘Ukasyah.

Mendengar ini Nabi pun menyuruh Bilal mengambil cambuk di rumah putri kesayangannya,
Fatimah. Tampak keengganan menggelayuti Bilal, langkahnya terayun begitu berat,
ingin sekali ia menolak perintah tersebut. Ia tidak ingin cambuk yang dibawanya itu melecut tubuh Al-Musthafa yang baru saja sembuh.Namun ia juga tidak mau mengecewakan Rasulullah. Segera setelah sampai, cambuk diserahkannya kepada Rasul mulia.
Dengan cepat cambuk berpindah ke tangan ‘Ukasyah. Masjid seketika mendengung semua yang hadir seperti sarang lebah.

Sekonyong-konyong melompatlah dua sosok dari barisan terdepan, melesat maju. Yang pertama berwajah sendu, janggutnya basah oleh air mata yang menderas sejak dari tadi, dia lah Abu Bakar. Dan yang kedua, sosok pemberani, yang ditakuti para musuhnya di medan pertempuran, Nabi menyapanya sebagai Umar Ibn Khattab.

Gemetar mereka berkata: “Hai ‘Ukasyah, pukullah kami berdua, sesuka yang kau dera.
Pilihlah bagian manapun yang paling kau ingin, kisaslah kami, jangan sekali-kali engkau pukul Rasul”



“Duduklah kalian sahabatku, Allah telah mengetahui kedudukan kalian”,Nabi memberi perintah secara tegas. Ke dua sahabat itu lemah sangsai, langkahnya surut menuju tempat semula. Mereka pandangi sosok ‘Ukasyah dengan pandangan memohon. ‘Ukasyah tidak bergeming....Melihat Umar dan Abu Bakar duduk kembali, Ali bin Abi thalib tak tinggal diam. Berdirilah ia di depan ‘Ukasyah dengan berani. “Hai hamba Allah, inilah aku yang masih hidup siap menggantikan kisas Rasul, inilah punggungku, ayunkan tanganmu sebanyak apapun,deralah aku” .

“Allah Swt sesungguhnya tahu kedudukan dan niatmu duhai Ali,duduklah kembali” Tukas Nabi.

“Hai ‘Ukasyah, engkau tahu, aku ini kakak-beradik, kami adalah cucu Rasulullah,
kami darah dagingnya, bukankah ketika engkau mencambuk kami, itu artinya mengkisas Rasul juga”, kini yang tampil di depan ‘Ukasyah adalah Hasan dan Husain. Tetapi sama seperti sebelumnya Nabi menegur mereka. “Duhai penyejuk mata, aku tahu kecintaan kalian kepadaku,duduklah”.

Masjid kembali ditelan senyap. Banyak jantung yang berdegup kian cepat. Tak terhitung yang menahan nafas. ‘Ukasyah tetap tegap menghadap Nabi.Kini tak ada lagi yang berdiri ingin menghalangi ‘Ukasyah mengambil kisas.

“Wahai ‘Ukasyah, jika kau tetap berhasrat mengambil kisas, inilah Ragaku,” Nabi selangkah maju mendekatinya. “Ya Rasul Allah, saat Engkau mencambukku, tak ada sehelai kainpun yang menghalangi lecutan cambuk itu”. Tanpa berbicara,Nabi langsung melepaskan ghamisnya, dan tersingkaplah tubuh bersih suci Rasulullah. Seketika pekik takbir menggema, semua yang hadir menangis pedih.

Melihat tegap badan manusia yang di maksum itu,‘Ukasyah langsung menanggalkan cambuk dan berhambur ke tubuh Nabi. Sepenuh cinta direngkuhnya Nabi, sepuas ke inginannya ia ciumi punggung Nabi begitu mesra. Gumpalan kerinduan yang mengkristal kepada beliau, dia tumpahkan saat itu.

‘Ukasyah menangis gembira, ‘Ukasyah bertasbih memuji Allah, ‘Ukasyah berteriak haru,
gemetar bibirnya berucap sendu, “Tebusanmu, jiwaku ya Rasul Allah, siapakah yang sampai hati mengkisas manusia indah sepertimu. Aku hanya berharap tubuhku melekat dengan tubuhmu hingga Allah dengan keistimewaan ini menjagaku dari sentuhan api neraka”.

Dengan tersenyum, Nabi berkata:
“Ketahuilah duhai manusia, siapa yang ingin melihat penduduk surga, maka lihatlah pribadi lelaki ini”.

‘Ukasyah langsung tersungkur dan bersujud memuji Allah. Sedangkan yang lain berebut mencium ‘Ukasyah. Pekikan takbir menggema kembali. “Duhai, ‘Ukasyah berbahagialah engkau telah dijamin Nabi sedemikian pasti, bergembiralah engkau, karena kelak engkau menjadi salah satu yang menemani Rasul di surga”. Itulah yang kemudian dihembuskan semilir angin ke seluruh penjuru Madinah.

Indah nian pabila kita dapat berjumpa dengan kekasih Allah di surga. ‘Ukasyah mencari setiap celah kesempatan agar dapat merengkuh anugerah ini.
Lalu, seperti apakah usaha kita? Astagfirullahaladzim, tak berani saya membandingkan jejak kehidupan saya dengan kemilau ‘Ukasyah.

Ya Allah, dalam hening ini …..kisah ‘Ukasyah telah menitikkan air mataku…..

dari : eramuslim.com)
Note : artikel di atas telah dimuat dalam Labbaik edisi : 002/th.01/rabi’ul awal 1424H/2004M

Read More......

Postingan Populer